nona TA part 1

Ini bagian dari ceritaku, sejak post terakhir 2 tahun lalu, mungkin blog ini nyaris tidak pernah aku sentuh, tidak pernah lg kegelisahanku tertulis disini. mungkin sejak nona "S" terakhir kali yang untuk mengingatnya saja sudah membuat hati terasa malas, Ini mungkin episode baru cerita tentang aku "tiba-tiba sayang",,,, hahahaa... bodoh.

okay, kita sebut saja dia dengan.... Hmm.... biar ku pikirkan inisialnya dulu...
ada ide ?
kita sebut saja dia nona TA, kenapa namanya TA ? tidak ada alasannya, tiba-tiba saja muncul.
cerita ini berawal (yang jelas orangnya akan sadar kalo baca cerita ini, dan itu resikonya) ketika aku pergi kesebuah toko, tidak aku sebut namanya karena ini bukan sponsor dan tidak diendorse. disanalah dia bekerja, wajah ayu, senyum manis, kulit putih, dan ramahnya itu yang gak ketulungan, oh ya plus dia bersuara halus. begitulah, itu deskripsi yang sangat-sangat sempurnya untuk jadi bagian dari isi pikiranku, awalnya biasa, waktunya lama. awal hanya sekedar tertarik karena dia ramah dan mudah diajak sekedar tanya jawab ala penjual dan pembeli. beberapa kali aku pergi ke toko itu, dia masih disana, kali lain ku coba dan dia masih disana, berapa kalipun aku kesana dia masih menyapa dengan senyum manisnya, dan kuputuskan untuk menyapa. tahap 1 aku harus tau namanya, dan jelas tidak bisa aku sebutkan disini, setidaknya tidak saat ini. bulan berlalu, aku tidak sering berada di toko itu, walau jaraknya tidak jauh dari kampusku. alasannya simple, tidak ada yang aku cari disana, selain dia.

tahap 2 akhirnya aku masuki ketika keaktifanku di salah satu komisi dalam lingkup gereja memaksaku untuk berbelanja berang yang kebetulan di jual oleh toko dimana nona TA bekerja, aku masih disambut oleh dia dan masih sama, senyumnya bisa mendinginkan matahari.

terhitung sudah nyaris kali kesepuluh aku datang dalam waktu yang lumayan berdekatan hanya untuk membeli beberapa part kecil yang dibutuhkan, ada kala aku pergi kesana hanya untuk melihat dia, dan akhirnya aku beli benda yang sebenarnya tidak terlalu kuperlukan namun harganya relatif murah. tujuannya ? mambuat dia senyum, kenapa bisa begitu ? toko tempat ia bekerja menerapkan semacam kartu tingkat kepuasan berisikan 3 opsi, tidak puas, puas, dan sangat puas. masing-masing pekerja memiliki card bergambar foto dan nama masing-masing, sebagai pelanggan kita harus memasukan card kedalam box yang sudah disediakan sesuai dengan tingkat kepuasan pelayanan, dan jangan pernah tanya card milik nona TA aku masukkan ke box yang mana.

tahap 3, disini aku mulai sering berbincang ringan dengannya, bahkan ada beberapa topik yang ntah kenapa aku bahas dan dijawab olehnya. sampai suatu moment aku akan pulangd dari toko dan menuju parkiran motor di basement toko dan melewati locker pekerja. dia disana, berdiri dan tersenyum. kulewati dia dengan sedikit senyum dan sapaan, hai.... kulewati 3 atau 4 anak tangga dan sesuatu mengganjal pikiranku, aku harus minta kontaknya. kupalingkan badanku dan kembali naik ke lantai datar tempat lockernya berada, kukeluarkan dan kusodorkan handphoneku dengan tangan kiri sambil berkata "kamu punya instagram ? aku boleh tau akunnya ?" dan tangan lembut itu segera menyambar handphoneku, sambil mengetik id miliknya ia berucap "ada, boleh, kamu follow aku ya, biar gak ketahuan aku follow duluan" disaat itu juga kutekan tombol follow tanpa pikir panjang sambil berkata terima kasih dan berlalu pulang.

tahap 4 kita lanjutkan nanti......
---- masukan sendiri ---- ----